Paket tour Pulau Lombok yang ditawarkan oleh PT. Tosca Tour Indonesia merupakan paket tour  Lombok Pilihan yang tepat untuk anda. Paket tour yang ditawarkan juga menarik dari segi budget dan destinasi wisata.

Hubungi Kami disini :

 

Desa Sade di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), merupakan salah satu Desa Adat yang patut dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Lombok. Desa Sade memiliki luas 5,5 hektare dengan 150 rumah berdiri di atasnya. Setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah seluruh penduduk sekitar 700 orang.
Desa Sade dipimpin seorang kepala dusun yang dipilih berdasarkan musyawarah. Penduduk di sana menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa sehari-hari. Pelafalan aksara yang digunakan hampir sama dengan bahasa Jawa. Mata pencaharian orang Sade mayoritas memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Misalnya, jadi petani, petenak, penenun, pemandu wisata, dan penjual aksesori. Para pria mayoritas bekerja sebagai petani di ladang.

Rumah adat di Desa Sade memiliki ciri khas atau arsitektur tiga tipe rumah menurut penggunaannya. Pertama, Bale Bonter, yaitu rumah pribadi para pejabat desa. Lalu, ada Bale Kodong, rumah untuk pasangan yang baru menikah atau orang tua yang ingin menghabiskan masa tuanya.
Tipe rumah selanjutnya, Bale Tani yang digunakan sebagai tempat tinggal masyarakat umum. Warga Sasak yang menempati Bale Tani punya kebiasaan unik membersihkan rumah menggunakan kotoran kerbau. Fungsinya, sebagai anti serangga dan menangkal serangan berbau mistis.

 

Salah satu mata pencaharian utama peduduk Desa Sade adalah menenun. Bagi masyarakat Suku Sasak, ketrampilan menenun merupakan bagian dari tradisi, di mana terdapat aturan adat bahwa seorang perempuan Sasak tidak boleh menikah jika belum bisa menenun. Umumnya para wanita Suku Sasak mulai belajar menenun pada usia 7 hingga 10 tahun. Salah satu produk kain tenun yang menjadi ciri khas Suku Sasak adalah kain songket, yang terbuat dari benang emas atau perak yang ditenun bersama benang katun atau sutra.

Pembuatan kain tenun di Desa Sade dimulai dari pemintalan kapas menjadi benang. Benang tersebut kemudian diberi warna yang berasal dari pewarna alami dan ditenun menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dan bambu. Pembuatan kain songket sepanjang dua meter memerlukan waktu pengerjaan antara dua minggu hingga tiga bulan, bergantung pada tingkat kerumitan polanya. Di berbagai sudut Desa Sade terdapat kios-kios yang menjajakan kain tenun, masing-masing kios merupakan koperasi yang dikelola beberapa orang.

Memang tidak dapat dipungkiri, Desa Sade masih mempertahankan keaslian budaya suku Sasak demi kepentingan pariwisata. Tetapi dengan adanya label Desa Sade sebagai desa wisata, budaya suku Sasak di Desa Sade  tetap dapat  dinikmati dan dilestarikan sebagai bagian dari keragaman bangsa Indonesia. Usaha ini didukung sepenuhnya oleh masyarakat setempat yang masih menerapkan gaya serta pola hidup mereka yang tetap tradisional dan bersahaja, tidak ada pengaruh dari modernisasi.

Sebagai wisatawan kita pun harus mempunyai unsur-unsur kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap kelestarian lingkungan dan kesejahtraan penduduk setempat. Jika hal tersebut dilakukan tentunya dapat memaksimalkan dan sekaligus melestarikan pontensi sumber-sumber alam dan budaya untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan yang berkesinambungan bagi penduduk setempat.

 

 

Scroll to Top